Selasa, 07 Agustus 2012

MENELUSURI POTENSI KOMODITI JAGUNG DI KABUPATEN MAROS MELALUI PERPUSTAKAAN BALITSERAL



Anwar Makkasau

Pustakawan pada Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK


            Dalam upaya menggali berbagai informasi tentang komoditi jagung di perpustakaan Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), maka penulis sebagai pustakawan telah mengadakan studi literatur dengan memanfaatkan perpustakaan Balitsereal, sebagai pusat informasi bidang pertanian lebih khusus mengenai komoditi jagung, sorgum, terigu dan serealia lainnnya(Upe, Ambo 2005). Tujuannya untuk mengetahui potensi mengenai tulisan jagung pada Balitsereal yang dapat dimanfaatkan oleh petani dengan penentu kebijakan, sehingga upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat mengacu kepada teknologi jagung yang tersedia di perpustakaan  Balitseral utamanya teknology pengairan sehingga pengembangan areal jagung dapat ditingkatkan khususnya di Kabupaten Maros. Hasil studi literatur diperoleh bahwa di Kabupaten Maros terdapat 14 Kecamatan. Dimana luas lahan untuk penanaman jagung sebesar 3.357 ha, dengan produksi biji kering 11.162,76 ton dengan rata-rata 31, 56 kwintal/ha pertanaman tersebar data 12 Kecamatan, masing-masing Kecamatan Mandai, Mancongloe, Maros Baru, Turikale, Marusu, Bantimurung, Simbang, Tanralili, dan  Tompobulu, Cenrana Mallawa. Sedangkan yang tidak ada sama sekali jagung adalah Kecamatan Bontoa dan Kecamatan Lau (Kabupaten Maros Dalam Angka 2003). 

Kata Kunci : Jagung, Kabupaten Maros, perpustakaan, potensi

 

ABSTRACT


            In attempting to explore various information abaut maize commodity in Indonesian Cereals Research Institute (ICERI), the author as a librarin had been done literature study using ICERI library fasility, as a center of information in agriculture, especially maize, sorghum, wheat,  and other Cereal Commodities. The study was dimed to identipy information about maize in ICERI which could be used by farmers dicisium makers. As a result increasing domestic maize production based on maize technology available in inceri library, aspecially irrigation technology, to develop maize area, mainly in Maros Regency. Result of the study abtained that in Maros Regency, the are 14 districts. Land area planted maize are 3,357 ha with grain production of 11.162,76 tons with avirage yield of 31.56 t/ha. Maize area can be found in 12 regenies, nomely Mandai, Moncongloe, Maros Baru, Turikale, Tompobulu, Cenrana, and Mallawa regencies. There is no maize area in Bontoa and Lau regencies.


Keywords: Corn, Maros Regency, library, potencial


PENDAHULUAN

            Upaya menggalahkan semua potensi sumber daya lahan yang ada maka bidang pertanian merupakan salah satu faktor utama dalam memanfaatkan teknologi pengolahan tanah seoptimal mungkin. Dalam sektor pertanian yang menjadi prioritas utama dalam GBHN ialah mengutamakan pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan. Oleh karena itu salah satu cara  yang paling baik untuk mendapatkan informasi pertanian di Kabupaten Maros adalah melalui perpustakaan seperti buku statistik Maros Dalam Angka, disamping buku-buku hasil penelitian teknologi jagung yang dapat menunjang pembangunan pertanian di Kabupaten Maros, yang ada di Perpustakaan Balitseral Maros. Perpustakaan dikenal sebagai pusat informasi, karena beberapa faktor: yaitu (1) Perpustakaan sendiri ada yang sifatnya umum tetapi ada pula yang sifatnya spesifik (2) Perpustakaan merupakaan  sumber informasi untuk mengetahui asal usul sesuatu ( Inovasi teknologi jagung 2002).
            Dewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk pangan tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk pakan ternak, terutama unggas dan Indutri pangan lainnya. Untuk dapat mengetahui informasi yang dibutuhkan secara cepat, akurat dan tepat waktu, maka perlu ada penelitian studi literatur jagung di Kabupaten Maros. Hasil studi yang dilakukan dari 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Maros, maka hanya 12 Kecamatan yang ditanami jagung yaitu sekitar  3 537 Ha, dengan produksi 11.162,76 ton dan rata-rata 31,56(kwintal/Ha). (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Maros atau  pada Data Statistik, Kabupaten Maros Dalam Angka 2003). (Tabel 1.)
OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN
                Potensi komoditi jagung di Kabupaten Maros dapat meningkatkan daya beli masyarakat dengan cara menggali dan mencari informasi teknologi hasil-hasil jagung disamping memelihara produksi jagung agar efektifitas, efisiensi, dan  distribusi hasil panen sesuai harga pasar yang diharapkan oleh petani (Mustafa, B. 2005). Hasil produksi jagung sebagai bagian dari  sistem mulai benih sampai hasil biji kering memiliki peranan yang strategis baik ditinjau luas adalah areal yang ditanami produksi sampai pemasaran.
            Upaya untuk meningkatkan luas dan produksi jagung yang berkelanjutan terasa semakin berat dan semakin kompleks karena selain dihadapkan pada masalah internal seperti harga sarana produksi yang makin memikat seperti pupuk dan benih selama ini, juga dihadapkan dengan adanya tantangan globalisasi dan perubahan lingkungan strategis, yang berlangsung cepat utamanya aspek sosial ekonomi, mengingat perkembangan teknologi semakin pesat selama ini sehingga dapat membawa banyak perubahan disegala bidang. Bidang perpustakaan sebagai pusat informasi pun kena imbasnya, terutama dalam tentang penyimpanan dan penemuan kembali informasi yang ada di perpustakaan yang ada hubungan kemajuan suatu bidang utamanya bidang teknologi hasil penelitian jagung dapat dipublikasikan. Misalnya komoditi jagung di Kabupaten Maros. Peluang perluasan areal tanaman jagung dilahan kering cukup besar. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan jagung di lahan kering antara lain adalah kemasaman tanah dan kekeringan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan air dan pengairan bagi tanaman jagung adalah teknologi pengairan dari hasil penelitian Balitsereal yang belum diketahui oleh masyarakat Maros. Sehingga untuk mengatasi resiko kekeringan, pengembangan jagung di lahan kering dapat pula memanfaatkan teknologi ponpanisasi tanah air permukaan dan pengembangan teknologi irigasi jagung yang dapat diarahkan pada sawah irigasi. Jika diperhatikan hasil-hasil komunikasi yang akan diinformaikan melalui perpustakaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Suryawati et.al).
            Tabel 1. Luas panen, produksi dan rata-rata hasil perhektar jagung dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Maros tahun 2003
No
Kecamatan
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Rata-rata (Kwintal/Ha)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14
Mandai
Moncongloe
Maros Baru
Turikale
Marusu
Bontoa
Lau
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana

Mallawa

303
569
31
4
55
-
-
77
59
889
844
61
27
618
967.40
1 816.00
96.53
12.46
171.00
-
-
247.71
184.61
2 789.46
2 671.39
190.93
80.22
1 935.05
31.93
31.92
31.14
31.15
31.09
-
-
32.17
31.24
31.38
31.65
31.30
29.71
31.31

Jumlah – Total
3 537
11.162,76
31.56
Sumber : Sub Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Maros (Maros Dalam Angka 2003).
            Dari data tersebut diatas maka tergambar bahwa Kecamatan Mandai  luas panen sebanyak 303 ha, dengan produksi 967.40 ton sedangkan rata-rata 31.93 kwintal per ha, kemudian menyusul Kecamatan Moncongloe, Maros Baru, Turikale, Marusu, Bantimurung, Simbang, Tanralili, Tompobulu, Camba, Cenrana dan Mallawa dengan rata-rata masing-masing kecamatan teridiri dari 31.92, 31.14, 31.15, 31.09, 32.17, 31.24, 31.38, 31.65, 31.30, 29.71, dan 31.31 kwintal per ha atau cukup jauh dibandingkan rata-rata nasional atau hasil penelitian di Balitsereal Maros Sedangkan yang belum dapat ditanami jagung adalah Kecamatan Bontoa dan Kecamatan Lau. Bila penentu kebijakan ingin memperhatikan produksi jagung di Kabupaten Maros dimasa mendatang, maka jagung dapat dikembangkan sebagai komoditi komersial, sehingga semua kecamatan di Kabupaten Maros diharapkan dapat ditanami jagung. Dari 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Maros, maka kelihatannya 12 Kecamatan yang sempat ditanami jagung.  Kemudian luas panen keseluruhan yang ditanami 3 537 Ha dengan, produksi  11.162,76 ton dan rata-rata 31.56 Ha.
            Harapan ini dapat terwujud karena di Kabupaten Maros terdapat Balitseral dengan potensi tenaga ahli jagung cukup besar sehingga peningkatan produksi 2006 dapat direalisasikan 2007, sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan. Upaya tersebut dapat dilakukan mengingat partisipasi Pemda Maros, petani dan Balitsereal, yang merupakan salah satu mandat yang diberikan kepada pemerintah untuk meneliti komoditi jagung, sorgum, terigu dan sejenisnya dapat diwujudkan.  Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu dilepasnya varietas unggul jagung mulai Hibrida Semar 1 – Bima1, sedangkan untuk jagung bersari bebas seperti  Metro, Lagaligo, Lamuru, Kresna sampai pada krisna atau sekitar 29 varietas yang dilepas, kesemuanya sudah diuji keunggulan masing-masing oleh para peneliti di Balitsereal, Maros.
            Salah satu contoh : Varietas Lamuru, dilepas tgl 25 Februari 2000, Umur 55 hari atau 50% keluar rambut, kemudian masak fisiologi pada umur 90-95 hari dan  rata-rata hasil  yang diperoleh sekitar 5.6 t/ha sedangkan potensi hasil dapat mencapai 7.6 t/ha, varitas ini cukup tahan terhadap penyakit bulai (Penono Sclerospora maydis) dan karat. Daerah sebaran pada dataran rendah sampai 600 m dpl. Pemulia terdiri dari Mustari Basir, Marsum Dahlan, Made J. Mejaya, Arbi Mappe dan, Firdaus Kasim dari Balitsreal, Maos.
TANTANGAN DAN MASALAH
            Memasuki tahun 2005, berbagai tantangan dan masalah yang dihadapi  untuk menggali potensi jagung di Kabupaten Maros yaitu terbatasnya SDM baik dibidang perpustakaan maupun bidang lain untuk mengangkat dan mempromosikan komoditi jagung yang ingin dicapai di Kabupaten Maros. Pengalihan fungsi lahan pertanian produktif untuk tanaman jagung bealih fungsi menjadi areal pemukiman, prasarana, kawasan industri dan wisata menuntut adanya peningkatan produktivitas lahan intensitas pertanaman serta pembukaan lahan pertanian baru (Agustini, Dwi Hayu 2001). Berkurangnya minat masyarakat menanam jagung karena menganggap tanaman jagung sebagai tanaman sampingan .
            Sedangkan Masalah masalah yang dihadapi antara lain:
·         Penyebaran daerah produksi jagung tidak merata di Kecamatan sehingga menjadi permasalahan dalam penanganan distribusi hasil produksi dan pengendalian harga.
·         Belum terbentuknya jaringan Perpustakaan Daerah di Kabupaten Maros dengan perpustakaan Balitseral sebagai pusat informasi
·         Jumlah dan kemampuan tenaga perpustakaan/pustakawan masih kurang, dan kebanyakan bukan fungsional sehingga untuk mempromosikan hasil-hasil jagung di media massa sangat minim atau tdak ada
·         Pemerintah Kabupaten Maros belum serius membentuk jaringan perpustakaan daerah dengan Perpustakaan Balitseral Maros, sehingga diharapkan pada Bupati yang terpilih tanggal 27 Juni 2005 bekerjasama dengan DPRD, IPI Cabang Kabupaten Maros maupun pemerhati perpustakaan supaya dapat duduk bersama untuk membentuk jaringan Perpustakaan Daerah dengan secepatnya kalau tidak mau ketinggalan SDM di segala bidang, utamanya teknologi jagung.
SISTEM INFORMASI
            Upaya sistem informasi dapat digunakan semaksimal mungkin, salah satu jalan yang paling cepat dan mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat adalah perpustakaan, karena perpustakaan sebagai pusat informasi. Namun tugas utama pustakawan sejak dahulu  masih tetap sama yaitu: mengumpulkan, menyaring dan menyampaikan informasi kepada pengguna serta membuat sistem perpustakaan  sedemikian rupa agar pengguna dapat memperoleh informasi yang diperlukan secara cepat, tepat, mudah dan lengkap.
            Sejak dicanangkan sistem informasi melalui internet maka yang banyak berubah yaitu adanya teknologi informasi yang begitu cepat cara kerja kita (The way we do our busines). Kini pustakawan profesional dapat memberi layanan yang prima kepada penggunannya, mau tidak mau harus memanfaatkan teknologi informasi modern, oleh karena memang kondisi sekarang yang menuntut seperti itu. Selain cara kerja dan fokus pekerjaan pustakawan yang profesional, ada nilai tambah berupa kepuasan tersendiri bagi pustakawan dari pengguna perpustakaan jika menggunakan teknologi informasi di perpustakaan yaitu manfaat bagi teknologi informasi untuk pustakawan antara lain.
·         Kesempatan bagi pustakawan untuk belajar terus, makin terbuka
·         Kesempatan untuk berkomunikasi, bertukar pengalaman dan keterampilan dengan sesama profesi pustakawan makin dapat ditingkatkan
·         Kesempatan untuk berkomunikasi interaktif dengan pengguna untuk mengetahui kebutuhan mereka, semakin intensif
·         Kesempatan untuk melakukan usaha-usaha eksprimen untuk mencoba sarana dan teknologi informasi guna peningkatan mutu layanan, makin terbuka
Sedangkan manfaat bagi TI untuk penggunan perpustakaan
·         Pengguna dapat dilayani dengan lebih cepat, lebih lengkap, dan lebih tepat sesuai kebutuhan
·         Pengguna dapat berkomunikasi lebih interaktif dengan pustakawan
·         Pengguna dapat memanfaatkan layanan informasi tanpa dibatasi waktu dan ruang
·         Pengguna dapat memperoleh beragam jenis dan format informasi
Jika direncakan dan dilakukan dengan baik sebenarnya TI “memberi janji” kepada pustakawan:
·         TI diharapkan mempermudah pekerjaan pustakawan
·         TI diharapkan mempercepat pekerjaan pustakawan
·         TI diharapkan memperlengkap pekerjaan pustakawan
·         TI diharapkan membuat pekerjaan lebih efisien
·         TI diharpkan membuat pekerjaan lebih ekonomis
·         TI diharapkan membuat pekerjaan lebih menyenangkan
KESIMPULAN DAN SARAN
  • Menggali potensi jagung di Kabupaten Maros merupakan salah satu tugas para petugas perpustakaan/pustakawan untuk mengimformasikan luas penanaman jagung dan produksi sehingga dapat diketahui potensi lahan yang dapat ditanami jagung.
  • Peluang perluasan penanaman jagung di Kabupaten Maros masih cukup besar, karena dari 14 kecamatan yang ada diperoleh luas tanam jagung sebesar 3.357 ha, dengan produksi 11.162.76 ton dengan rata-rata 31,36 kwintal per ha dan masih ada tersisa 2 Kecamatan yang belum dapat ditanami sama sekali. Kehadiran teknologi informasi semakin mempermudah pekerjaan pustakawan untuk dapat digunakan para pejabat/ penyuluh pertanian di Maros untuk di jual, diaplikasikan  sehingga lebih ekonomis dan pekerjaan akan  lebih mudah.

Saran
  • Perlu adanya pelatihan  penulisan para pustakawan baik yang dilakukan oleh Instansi maupun yang dilaksanakan oleh organisasi profesi seperti: IPI.
  • Perlu adanya bimbingan penulisan karya tulis menulis ilmiah dari pustakawan senior ke pustakawan yunior
 
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Dwi Hayu. 2001. Analisis pengembangan agribisnis di Jawa Tengah. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian dan Kehutanan UNHAS, No.8: 1-15

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2002. Inovasi teknologi jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 19 hlm.

Kabupaten Maros Dalam angka. 2003. Kantor Statistik Kabupaten Maros

Mustafa, B. 2005. Teknologi informasi tantangan dan peluang bagi pustakawan. Pada Rakerda IPI Sulawesi Selatan di Bantimurung Kabupaten Maros, tanggal 15 Mei 2005

Rasahan, Chairul A. 2000. Kebijaksanaan pembangunan pertanian untuk mencapai ketahanan pangan berkelanjutan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV Bogor, 22-24 Nopember 1999: 1-11

Suryawati, Zubactirodin, Constance Rafar, Anwar Makkasau dan Mansyur Usman. 2002. Deskripsi Varietas Unggul Jagung edisi ketiga.
Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2002: 1-86

Upe, Ambo. 2005. Pemanfaatan perpustakaan sebagai pusat informasi. Pada Rakerda IPI Sulawesi Selatan di Bantimurung Kabupaten Maros, tanggal 15 Mei 2005

0 komentar:

Posting Komentar