Berkunjung ke National Library of Singapore

Didepan Perpustakaan Nasional Singapura.

Berkunjung ke Singapura

Berpose di Depan Patung Singa di Singapura.

Kunjungan Wapres Jusuf Kalla ke Perpustakaan Digital Balitsereal Maros

Bersama Wapres Jusuf Kalla saat beliau berkunjung ke Perpustakaan Digital Balitsereal Maros.

Ujian Tesis Pasca Sarjana

Mempertahankan Tesis S2 di Pasca Sarjana Patria Artha Makassar.

Pegawai Teladan

Mendapat Penghargaan sebagai Pegawai Teladan.

Rabu, 29 Agustus 2012

ROLE OF NATIONALLIBRARY ON DATA DEVELOPMENT SYSTEM OF LIBRARIAN IN INDONESIA


 
By: Drs. Anwar, MM
Associate Librarian Cereals Research Institute, Maros

Abstract
Center for Development of The National Library of Indonesia each year have been handed out questionnaires at each library, to be filled by the librarian, so that at the beginning of 2010 has collected data is accurate and can be justified according to the results that have been collected. The writer is an associate librarian at the Ministry of Agriculture Balitsereal, have traced gather results that have been in the National Library has been accessed via the internet on 27th to 30 August 2010.
In collecting data according to results compiled librarian Development Center of the National Library R, I by 3042 people who have occupied positions of librarian and then search based on the functional status of the active position by 2881/94, 71%, while the liberated while (DBS) as much as 16 / 5, 29%. (Table 5), To facilitate the data collated on the basis of our library, education, field, class / rank, status position, and based on the agency. The development library obligatory. The development must be carried out continuously and continuous. Role of the Library of developing a data librarian is expected to play a role in supporting the achievement of the vision and mission of each library.

Keywords: Library; development; librarians; Indonesia

Jumat, 17 Agustus 2012

PERJUANGAN ICMI TERHADAP PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA



Drs. Anwar Makkasau, MM
Wakil Sekertaris Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Kabupaten Maros

Pendahuluan
                Perjuangan ICMI lahir pertama kali tahun 1990 atau sudah diakui eksistensinya di Indonesia yang pertama kali terpilih sebagai Ketua Prsedium ICM I adalah Bapak Prof. Dr.IR. B.J. Habibie. Suara bedug bertalu-talu di aula “student center” Universitas Brawijaya, mengiringi terbentuknya Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI). Sesekali terdengar pekik takbir “Allahu Akbar” menyambut detik-detik yang bersejarah. Rasa haru, gembira dan syukur bercampur disanubari Cendekiawan Muslim yang hadir dan menyaksikan peristiwa yang sangat penting di penghujung tahun 1990 itu. Ada yang saling bersalaman, ada yang saling berpelukan, ada pula yang langsung sujud syukur di tempat perhelatan.
Bagaimana mungkin mereka tidak bersyukur, setelah menunggu sekian lama, itupun melalui perjuangan panjang dan berliku, wadah yang didambakan akhirnya terbentuk juga. Uniknya, prakarsa atau pendorong terbentuknya ICMI bukan datang dari kalangan Cendekiawan Muslim sendiri, juga bukan kehendak dari pemerintah, tapi dari lima orang mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Angkatan 1987, yang tergabung dalam Unit Kerokhanian Islam Universitas Brawijaya Malang : Erik Salman, Ali Mudzakir, Muhammmad Zaenuri, Awang Surya dan Mohammad Iqbal.
Yang menjadi soal, pertama bagaimana riwayatnya hingga kelima mahasiswa itu mempunyai ide dan mendorong pembentukan ICMI. Kedua, apakah usaha membentuk wadah semacam ICMI itu pernah ada atau tidak, jika ada, siapa saja para perintisnya dan sejauh mana keberhasilannya. Ketiga, apakah momentum kelahiran ICMI merupakan peristiwa yang spontan dan berdiri sendiri, ataukah ada korelasi dan relevansinya dengan perjalanan sejarah sosial politik umat Islam Indonesia ? Biar para pakarlah yang menjawabnya . . .
Berawal dari sebuah diskusi kecil di bulan Februari 1990 di Masjid Kampus Universitas Brawijaya, sekelompok mahasiswa merasa prihatin dengan kondisi umat Islam, terutama karena adanya ‘perpecahan” di kalangan cendekiawannya. “Terus terang kami prihatin dengan masa depan umat Islam. Seolah-olah terjadi polarisasi kepemimpinan umat. Ada kelompok Paramadina di Jakarta, Salman di Bandung, Salahuddin di Yogyakarta, Al Falah di Surabaya dan lain-lain . .”ujar Erik Salman yang menjadi juru bicara dari kelima mahasiswa tersebut diatas. Dari sini tercetus keinginan untuk menyelenggarakan semacam kegiatan yang bisa mempertemukan para cendekiawan Muslim, dengan cara menghadirkan mereka sebagai pembicara dalam suatu simposium. Setelah itu mereka menghadap Rektor Universitas Brawijaya, Drs. ZA Ahmady, MPA untuk berkonsultasi, dan juga meminta saran-saran dari Rektor Unversitas Muhammadiyah Malang, Drs. A. Malik Fajdar, Msc. Oleh Rektor Universitas Brawijaya mereka diminta menyusun proposal dan membentuk kepanitiaan simposium. Tema simposium yang direncanakan : “Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas”, dengan ancang-ancang pelaksanaan tanggal 29 September sampai dengan 1 Oktober 1990. tetapi waktu proposal diajukan, Rektor meminta untuk ditunda dulu karena dana yang diperlukan terlalu besar. Namun mereka tidak putus asa, setelah mendapat dukungan sana-sini, mereka berangkat ke Jakarta menemui sejumlah cendekiawan Muslim di sana. Sebulan sebelum dilaksanakan simposium, para mahasiswa itu, dengan merogoh kantong mereka sendiri, berkeliling di Yogyakarta, Jakarta dan Bogor menemui beberapa cendekiawan Muslim yang diharapkan bisa menjadi pembicara. Dari pertemuan dengan antara lain, Imaduddin Abdulrahim dan M. Dawam Rahardjo, keinginan untuk menyelenggarakan simposium itu berkembang jauh hingga muncul ide membentuk wadah cendekiawan Muslim yang berlingkup Nasional. “Saya memang menyarankan kepada para mahasiswa itu untuk mempertemukan para cendekiawan Muslim, supaya terjalin ukhuwah yang mantap di antara mereka dan potensi bisa terhimpun . . .”ujar Dr. Muhammad Imaduddin Abdulrahim. Beliau setelah mendiskusikan masalah ini dengan M. Dawam Rahardjo, menganjurkan kepada para mahasiswa itu untuk menemui Menristek Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie yang sebelumnya direncanakan menjadi salah seorang pembicara. Anjuran ini ternyata klop dengan keinginan para mahasiswa itu sendiri yang mengaku sudah sejak lama mengagumi Habibie. Karena membaca riwayat hidup tokoh ini di majalah “Kiblat”. Tanggal 23 Agustus 1990, kelima mahasiswa itu dengan diantar oleh Imaduddin, M. Dawam Rahardjo, M. Syafii Anwar, menemui Habibie di kantor BPPT jalan MH. Thamrin Jakarta.
Dalam pertemuan itu, Bang Imad (panggilan akrab Dr. Imaduddin) memulai pembicaraan dan meminta Prof. Dr. B.J. Habibie untuk bisa memimpin wadah cendekiawan Muslim dalam lingkup Nasional. Waktu itu Pak Habibie menjawab, sebagai pribadi beliau bersedia, tetapi sebagai menteri dan juga sebagai pembantu Presiden, beliau harus meminta ijin dari Presiden Soeharto. Habibie juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan bukti dukungan dari beberapa kalangan cendekiawan Muslim. Konsep surat yang isinya mencalonkan Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan Muslim akhirnya dibuat. Kemudian Dawam memberikan kata pengantarnya dan menyusun daftar tokoh-tokoh cendekiawan dari berbagai disiplin ilmu, untuk dimintai dukungan bersama mahasiswa dan Imaduddin, kelima mahasiswa itu lalu mengedarkannya ke berbagai cendekiawan Muslim di Jakarta, Bogor, Bandung dan Yogyakarta. Setelah diedarkan, ternyata sambutannya di luar dugaan. Sebanyak 49 (Empat Puluh Sembilan) cendekiawan Muslim menyetujui pencalonan Habibie dan membubuhkan tanda tangannya. Dari 49 penanda tangan itu, 45 diantaranya bergelar Doktor dan 2 orang profesor. Pada tanggal 27 September 1990, dalam suatu pertemuan di rumahnya, Habibie memberitahukan bahwa pencalonannya sebagai Ketua Umum direstui oleh Presiden Soeharto. Dalam pertemuan ini Habibie mengusulkan agar wadah cendekiawan Muslim itu dinamakan Ikatan Cendekiawan Muslim se- Indonesia, disingkat ICMI. Juga diberitahukan bahwasannya Habibie bersama enam menteri dan dua orang cendekiawan Muslim telah menghadap Presiden. Dalam pertemuan itu diungkapkan, Presiden merestui simposium dan pembentukan ICMI, sejak saat itu embrio ICMI tumbuh dengan cepat. Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan Muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan pada bulan Desember 1990. pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk membentuk tiga tim dalam rangka kelahiran ICMI, yakni kerangka acuan dan disain simposium (diketuai M. Dawam Rahardjo), tim program kerja (diketuai Sri Bintang Pamungkas) dan tim Anggaran Dasar (diketuai Muslimin Nasution). Jiga disepakati, simposium yang semula bertema “Sumbangsih Cendekiawan Muslim menuju Era Tinggal Landas”diganti dengan “Simposium Nasional Cendekiawan Muslim : Membangun Masyarakat Abad XXI”. Dalam proses penyelenggaraan simposium serta pembentukan ICMI, telah ikut dilibatkan sejumlah staf BPPT, antara lain Dr. Ir. Wardiman Djojonegoro, Dr. Marwah Daud Ibrahim, Drs. Komaruddin, MA serta Ir. Tasmin dll.


Perjuangan dan Pengembangan
Meskipun belum resmi berdiri, embrio ICMI sudah melangkah jauh. Pertemuan demi pertemuan diadakan baik dalam rangka mematangkan persiapan pembentukan ICMI maupun pelaksanaan simposium. Pada tanggal 26 Oktober 1990, bertempat di Departemen Agama, ketiga tim : kerangka acuan dan disain simposium, program kerja dan anggaran dasar, melaporkan gagasan pembentukan ICMI dalam rapat terbatas antara MUI dan para cendekiawan Muslim. Pertemuan berikutnya diselenggarakan pula pertemuan di Pusat Pengkajian Strategis dan Kebijakan (PPSK) di Yogyakarta. Tanggal 25-26 Nopember 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru itu berkumpul di Tawangmangu Solo, merumuskan beberapa usulan untuk OBHN 1993 dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI. Sementara itu di Jakarta, tim Anggaran Dasar sejak akhir September melaju dengan rancangannya, setelah digodok dalam beberapa kali pertemuan. Habibie kemudian berdialog dengan ketiga tim di kediamannya selama lebih kurang 7 jam. Ketika segala persiapan sudah dirasa semakin matang, baik untuk simposium dan pembentukan ICMI, pertemuan final diselenggarakan di kantor MUI. Hadir di sini Ketua MUI KH. Hasan Basri, Menteri Agama H. Munawir Sadzali, Menpen Harmoko dan Menristek Habibie sendiri, akhirnya gagasan kelima mahasiswa dari Malang Jawa Timur untuk menyelenggrakan simposium itupun berubah menjadi peristiwa yang bernilai sejarah. Ya, dari Malang babak baru sejarah umat Islam digelar, dengan suasana yang jauh berbeda dari bayangan semula. Tanggal 6 Desember 1990, Presiden Soeharto sendiri dengan mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” membuka simposium dilanjutkan menabuh bedug sesuai irama ketika suara adzan hendak dikumandangkan. Lihatlah yang hadir dalam pembukaan simposium itu, Mensekneg Moerdiono, Pangab. Jenderal TNI Tri Sutrisno, Mendikbud Fuad Hasan, Menteri Agama Munawir Sadzali, Menpen Harmoko, Menteri KLH Emil Salim, Menhub Azwar Anas dan juga mantan Menko Kesra Alamsyah Ratuperwiranegara, di samping pejabat-pejabat daerah. Acara penutupan simposium tanggal 8 Desember 1990 itu sendiri dilakukan oleh Wakil Presiden Soedarmono. Jarang sekali ada, bahkan belum pernah terjadi suatu simposium cendekiawan Muslim yang dilanjutkan dengan pembentukan ICMI di Malang itu memang sesuatu yang istimewa, baik bagi pemerintah maupun bagi umat Islam. Suasana pada tanggal 6 – 8 Desember 1990 itu telah menggambarkan kemesraan antara Islam dengan pemerintah, tepatnya antara cendekiawan Muslim dengan Pemerintahan Orde Baru. Di sana, dari 465 orang cerdik pandai Muslim dari berbagai aliran, kelompok, profesi dan warna politik menggelar simposium yang diharapkan mampu memberikan sumbangan berharga bagi pembangunan dana lebih dari setengah milyar rupiah suatu jumlah yang memang tidak kecil. Tentu saja bukan soal dana yang membuat simposium itu menjadi istimewa dan bersejarah. Tapi kelahiran ICMI dan dukungan cendekiawan Muslim terhadap seorang Bachrudin Jusuf Habibie, putera pare-pare Sulawesi Selatan, yang lahir pada tanggal 25 Juni 1936 dan menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, Ketua BPPT, Ketua BPIS, Direktur IPTN, Direktur PT. PAL dan Ketua Otorita Pulau Batam. Seorang Teknolog dan ahli kontruksi pesawat terbang yang mempunyai reputasi Internasional, dan dikenal sangat dekat dengan Presiden Soeharto. Seorang tokoh yang jika dilihat dari “Social Origin” nya tidak dibesarkan dalam kancah pergerakan organisasi Islam, tetapi dengan kejeniusannya menapak karir dalam teknokrasi dan birokrasi negara. B.J Habibie memang tidak dibesarkan dalam kancah “Ideologis” pergerakan Islam, tetapi mengapa ia didukung dan dipilih untuk menjadi ketua ICMI ? mungkin ini yang disebut oleh Kuntowijoyo dengan “pergeseran konsep kepemimpinan umat”.


Ada bberap program kerja 2011-20016 yang diperhatikan untuk kegiatan al:
1). Revitalisasi organisasi, 2). Kaderisasi anggota, 3). Pengembangan lembaga keuangan mikro dan makro, 4). Pengembangan usaha mandiri, 5). Pengembangan kemitraan dan kesetaraan, 6). Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, 7). Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, 8). Penyelenggaraan publikasi, 9). Pemberian Asistensi, 10). Pemberian Advokasi, 11). Pemberian Fasilitasi, 12) Pemberdayaan perempuan.
Alhamdulillah pada Muhtamar ICMI yang ketiga  di laksanakan di Bogor maka terpilih sebagai ketua Umum Presedium adalah Bapak Dr.Eng Ilham BJ. Habibie untuk meneruskan perjuangan Ayah anda Bpak Prof. BJ. Habibie. Demi untuk mengaktifkan kembali program yang telah dirintis sejak berdirinya ICMI dan yang paling diutamakan program 2011- 2016 adalah terbangunnya masyarakat Indonesia menjadi masyarakat madani yang maju mandiri, sejahterah berbudaya saing dan amanah. Hal ini bisa cepat terwujud apabila digunakan perpustakaan sebagai pusat informasi, gudang ilmu untk mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Dengan demikian beberapa program yang telah dicanangkan adalah termasuk pengembangan perpustakaan utamanya berbasis TI yang dikembangkan diperpustakaan Mesjid.







Hal ini yang juga menjadi pertimbangan dalam  melihat program aksi yang dicanangkan ICMI al 1. Bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Dilema. Itu yang saya tangkap. Di satu sisi, Insan Cendekia dibangun dengan sebuah cita2 besar untuk menyebarkan sistem pendidikan yang menyeimbangkan antara IPTEK dan IMTAQ ke seluruh Indonesia. Cita2 mulia itu tentunya harus diwujudkan. Namun, di sisi lain, aga


Niat menyebarkan sistem IC pun difollow up oleh ICMI, sebuah ormas yang beranggotakan cendekiawan2 muslim, yang dahulu sempat dikepalai oleh Pak Habibie juga saat membangun IC pertama kali. Akhirnya, disusunlah sebuah memo kesepakatan (MoU, perjanjian, atau apapun namanya) yang berisikan bahwa, ya, sistem IC akan disebarkan sebanyak2nya ke seluruh Indonesia, di mana ICMI berperan sebagai agen penyebar, sementara IC serpong, sebagai pemilik hak nama Insan Cendekiwan
Oleh karena itu ICMI  mengantisipasi ancaman Radialisme dan Eksterimisme sehingga ia berperan sebagai inisiator dan moderator dalam dialog nasional : 1. Antar Organisasi Islam dan antar organisasi umat beragama dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Mengembangkan kurikulumnya, menyusun sistemnya, dan pada akhirnya, menyematkan nama Insan Cendekia di sekolah itu tanpa pemantauan dan sepengetahuan jajaran MANICS. Kalau teman-teman sudah tau kabarnya, akhirnya satu orang guru pun, dimutasi untuk mengajar di tempat lain. Penyebabnya, di samping hal yang sudah saya sebutkan di atas, sebenarnya karena kesibukan membangun sistem IC di sekolah lain sehingga kinerja dan produktivitas di ICS pun menurun.
Kesimpulan
Pada akhirnya, seperti apa pun program dan kegiatan yang telah disepakati dilaksanakan dengan menempuh pendekatan Fungsionalisasi dan fasilitasi, Institusionalisasi, Desiminasi, Integrasi jaringan dan Mobilisasi yg sesuai AD dan ART ICMI. Kemudian tetap memperhatikan program ICMI yg dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip yang bersasaran pada peningkatan mutu dan keberlanjutan. Kemudian memperhatikan beberapa program yg bakan dilaksanakan baik jangka pendek meliputi bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta program prioritas tiga tahun kemudian mesjid sebagi tempat untuk mensejaterahkan Ummat. Kemudian juga ICMI  mengantisipasi ancaman Radialisme dan Eksterimisme sehingga ia berperan sebagai inisiator dan moderator dalam dialog nasional : 1. Antar Organisasi Islam dan antar organisasi umat beragama dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

Daftar Pustaka
Anonin. 2011. Garis besar program kerja ICMI se- Inonesia Organisasi Wilayah Sulawesi Selatan
           Periode tahun 2011-2016

Anonim. 2010. Wapres Buka Muktamar ICMI Sunday, 05 December 2010 16:11 Media Online Bhirawa
           Bogor, Bhirawa.

Harahap, Syafri. 2010 ICMI Perpustakaan masuk Instansi: Dalam rangka meningkatkan minat baca
                Masyarakat. Badan Arsip dan Perpustakaan Sumateran Utara

ILham  BJ. Habibie. 2011. Pada pemaparan Power Point PROGRAM KERJA ICMI  2010 – 2015
            Musyawarah Wilayah V ICMI ORWIL SULSEL Hotel Horizon, Makassar 24 Mei 2011

Uchrowi, Zaim. 2011. Intellectual muslim - Indonesia
            ICMI Bergerak: lintasan 10 tahun Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia;Zaim    
            Uchrowi;&;Usman Ks;Jakarta;Republika;2000;211p;22 cm;ICMI;Islam and politics –
            Indonesia;Intellectual muslim - Indonesia;Usman, Ks;40.481

Kamis, 16 Agustus 2012

LIBRARIAN IN ABILITY WORKS WRITE ANALYSIS AS THE NUMBER OF CREDIT OPPORTUNITY




Drs. Anwar, MM
Associate Librarian Cereals Research Institute, Maros
Introduction
The ability of a librarian in a paper describing the work record and is one of the librarians are extremely important product for the development of library activities in the present and future. Therefore, for menganlisa a work to obtain a good or perfect predicate in general not be written at a time but many times with different inputs for the improvement of the various parties, especially the librarian who was associate librarian positions and above will or will not be required to make the work written as a prerequisite for advancement kejenjang higher. In addition, activity analysis / criticism of librarianship should continue to be nurtured and developed reading culture and the ability of librarians to submit their opinions and thoughts are well developed because it is in accordance with the current development of the Indonesian people are very put democratization and openness. Where note that the library is an information center, recreation in addition to more easily generate interest in reading.
These will be presented a description of the analytical / critical librarianship to do a librarian al:
Understanding Analysis

Analysis / critique the work of librarian is reading and analyzing works of other people either in writing or other recorded information created in the form of a new paper in the form of review / critique / suggestions / feedback to refine the work.

Guidelines for Analysis / Critique

In making the analysis / critique the work of librarianship is essentially an attempt to provide input to the work of someone meyempurnakan. To be able to produce a good critique, one librarian should use an assessment instrument in a work that can be guided and emulated by other professions. Periodic evaluation of the scientific instruments are issued in cooperation of Higher Education, LIPI and other related institutions may be one of the guidelines within which have been raised several important issues that can be used to assess a work as follows:

1. Title

Short and clear so easy to remember. Long title of the work will be difficult for readers to recognize and remember the work.
a. Highlight areas of science and not the name of the institution or the city. Science should be more highlighted than others such as names and other institutions.
b. There is harmony between the title of the science contained in it. Often the case of a work does not have a high relevance of the title to the content.

2. Institutional publishers

a. Publishers should be incorporated so as to provide legal guarantees for the work published.
b. Institutionalize national and international  standardization  in  particular relating to the ISSN and ISBN. ISO rules, SNI and the like should be one      consideration that the work is less than perfect.

3. Editor
a. Whether the work was prepared by yourself  or  other  people  who  come  to   check (referee, editor) before publication. Moreover many people's minds in the field is essary to perfect a work.
b. If someone else is checked, whether the relevant qualifications and experience in that field. (because the expertise is not because of his position or rank).

4. Stability performance

a. How to layout, type fonts, type of paper, numbering system, and others. Walalupun this seems simple, but its effect on the legibility of a work is crucial.
b. What about his appearance does have a familiar sign of quite attractive (eye catching) so it stands out if stored in a collection of other works. It is usually associated with a color cover, enticing designs, giving rise to the general impression of stability.

5. style of writing

Included in the style of writing is a systematic way of writing, consistency pembaban, presentation drawings and tables, how pengacuan and citations and bibliography preparation.
All of these must follow the prescribed rules if the work is to achieve a certain level of qualification.

6. The substance

Some things to note about the substance of a work.

a. Coverage of scientific fields, especially if the work is to discuss a particular scientific topic. Indicators of the quality of a work is often judged by the specification that is more specialized field of knowledge on the higher quality.
b. Contribution of these works for the advancement of science in the field. This is often demonstrated by the works of the results of research and development.
c. Quality paper, especially of a scientific nature should also be seen from the weight of the reference library is determined by looking at the ratio of primary sources vs. secondary sources. More and more use of primary sources, the higher the value of the work. Instead of excessive use of secondary literature moreover will reduce the value of unpublished work.
d. Recency of material referred to should also have its own assessment. The use of reference of the publication 10 years also become a benchmark of the high quality of a work. Frequency refers to the work itself (self-citation) can reduce the quality.
e. Scientific impact include measure of frequency is referred to in other papers in his field. The more often referred to, the better the work.
f. Universality of the more overlooked than the locality especially        nationalism.

Procedure for Preparation of manuscripts

Based on the above guidance of a librarian to set up the work of analysis / critique through the following activities:

1. Peruse the works that will be analyzed. Choice of materials / works to be analyzed should be tailored to the expertise / skills of people who will perform the analysis.
2. Under existing guidelines, a librarian can make an assessment whether     a work meets existing regulations. Assessment is focused on the           shortcomings alone but also on the excess as a masterpiece.
3. Assessment results are written into the new paper and formulated in the form of reviews, critiques, suggestions, or comments that are all aimed at improving the work.
4. The new paper should be re-examined its feasibility as a review / criticism / suggestions or feedback by asking whether the new content of the work that is useful to refine the work of librarianship which is the object of analysis. If it is not clear effort should be checked repeatedly perfected and improved for the new work is even more critical, decisive, and clear.

Conclusion
If we examine this paper, we can pull the following conclusion:
• The need for understanding the sense of analysis / critique the work of librarianship is the activity of reading and analyzing the work of others in writing or recorded information created new forms of writing in the form of reviews, critiques, suggestions, and feedback to refine the paper.
• Understanding of the guidelines to make the analysis of the paper   to  be clearly and correctly diketahaui following manner such as: title of the  work,   the agency publishers, editors, consistency of appearance, style and  substance of the content of the work.

• The procedure for making a script analysis / criticism of the work was initiated: by perusing the standard guidelines for improving the professionalism and examined again.

• It is hoped that librarians are given wider leeway to obtain credit points in the execution of his duty, especially in the writing of the paper.

References

Haryono, Billy Gito.2010. Website as  a  medium for  dissemination  of  research results area / study.

Indonesia.  SK  Menpan Number: 132/Kep/M.PAN/12/2002. The new regulations functional position of librarian.

Mujiat, 2008. The Role Of School Library Penddikan Quality in Schools. Date accessed 12 November 2009 at

http://sdpawyatandaha2kdr.wordpress.com/2008/01/25/peranan school quality educa tion to the school library.

Surahman, Arif. , 2009. Law No.43 of 2007. Opportunities and Challenges for Librarians. Final Paper Competition Outstanding Librarian Best DIY Provincial June 29, 2009 in Yogyakarta Kagame building.








Rabu, 15 Agustus 2012

Membangun Informasi Teknologi Dan Internet Dalam Bidang Pendidikan

                                                                                Drs. Anwar, MM
Pustakawan Madya Balitsereal, Maros

Pendahuluan
Dalam era sekarang, maka dibutuhkan Informasi Teknologi (IT) dan Internet yang sudah merasuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu untuk membangun IT dalam bidang Pendidikan dii Indonesia, yang paling cepat adalah dunia maya (Internet) yang cepat mendobrak batas ruang dan waktu menciptakan peluang dan juga masalah-masalah baru. Kapan saja dan dimana saja anda membaca, saat ini, sulit untuk menghindari dari informasi atau tulisan tentang teknologi  informasi (information technology, IT[1]) dan Internet. Hal ini tidak saja terjadi di negara Amerika sana, akan tetapi di Indonesia juga surat kabar dan majalah dipenuhi dengan cerita sukes dan gagal dari individu atau perusahaan yang merangkul IT dan Internet. Oleh karena itu perlu penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan IT dan Internet. Teknologi Informasi adalah sama dengan teknologi lainnya, hanya informasi merupakan komoditas yang diolah dengan teknologi tersebut. Dalam hal ini, teknologi mengandung konotasi memiliki nilai ekonomi. Teknologi pengolah informasi ini memang memiliki nilai jual, seperti contohnya teknologi database, dan security. Kesemuanya dapat dijual. Bentuk dari teknologi adalah kumpulan pengetahuan (knowledge) yang diimplementasikan dalam tumpukan kertas (stacked of papers), atau sekarang dalam bentuk CD-ROM. Tumpukan kertas inilah yang anda dapatkan jika anda membeli sebuah teknologi dalam bentuk patent atau bentuk HaKI (Intellectual Property Rights) lainnya.
Apa memang benar “informasi” merupakan sebuah komoditas? Jawaban singkat adalah ya. Sebagai contoh, jika anda mengetahui bahwa besok nilai tukar rupiah akan jatuh dengan drastis, maka anda akan bergegas ke bank untuk menukarkan rupiah anda dengan dollar. Demikian pula jika anda mengetahui bahwa akan terjadi sebuah demonstrasi di daerah tertentu, maka anda akan menghindari daerah tersebut. Contoh-contoh di atas menujukkan bahwa informasi telah menjadi komoditas yang berharga. Itulah sebabnya kita memiliki surat kabar, majalah, tabloid dan sekarang situs web yang berubah secara cepat seperti Detik.com[2], Astaga![3], satunet[4], dan masih banyak situs web lainnya. Kesemuannya mengandalkan informasi sebagai komoditas.
Membangun  IT dan Internet
Di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat, IT dan Internet sudah betul-betul merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai hal dapat kita lihat implikasinya. Berbagai dokumen dapat kita baca untuk melihat hal ini. Tulisan ini hanya membahas implikasi dalam bidang Pendidikan, Bisnis, dan Pemerintahan saja.
Membangun  di bidang Pendidikan
Dalam sejarah IT dan Internet tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Internet di Amerika mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET), seperti diceritakan dalam buku “Nerds 2.0.1”. Demikian pula Internet di Indonesia mulai tumbuh dilingkungan akademis (di UI dan ITB), maupun di instansi seperti  lembaga penelitian, kamtor dinas dll.,  meskipun cerita yang seru justru muncul di bidang bisnis. Mungkin perlu diperbanyak cerita tentang manfaat Internet bagi bidang pendidikan. Adanya Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi malasah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?.) Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat. Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus (biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS[5]), aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet[6]) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi. Distance learning dan virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa “Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become our greatest growth industry”. (Lihat artikel majalah Forbes 15 Mei 2000.) Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:
· Akses ke perpustakaan;
· Akses ke pemakai;
· Menyediakan fasilitas kerjasama.
Inisiaif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di bidang pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sedang giat kami lakukan adalah program “Sekolah 2000”, dimana ditargetkan sejumlah sekolah (khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini. (Informasi mengenai program Sekolah 2000 ini dapat diperoleh dari situs Sekolah 2000 di http://www.sekolah2000.or.id) Inisiatif seperti ini perlu mendapat dukungan dari kita semua. Ingat, ini masa depan anak cucu kita semua.
IT dan Internet dipercaya menjadi salah satu penopang ekonomi di Amerika Serikat maupun di Indonesia. Bahkan  Bupati Maros Ir. HM Hatta Rahman, MM mengungkapkan hal dihadapan para Kepala SKPD   pada Pelantikan Esalon II dan III hari  Rabu  tgl 29 Desember 2010. Bupati Maros juga mengatakan, di era modernisasi ini SKPD wajib mengetahui teknologi. “Minimal teknologi e-mail dan persentasi dengan menggunakan laptop. Jadi dia berharap semua kepala SKPD  punya website dan e-mail. Dan kemudian di Maros sudah bagian pengelolaan data electronic (PDE) yang berfungsi berfungsi mengelola berbagai data.  Demikian percayanya mereka kepada hal ini sehingga pemerintah Amerika sangat bersungguh-sungguh untuk menjaga dominasi mereka dalam hal ini. Berbagai inisiatif dilaksanakan oleh pemerintah Amerika Serikat  dan pemerintah Indonesia seperti dapat dilihat pada dokumen-dokumen yang dapat diperoleh di Web site mereka:
Di Indonesia Aplikasi IT yang berhubungan dengan pemerintahaan adalah aplikasi yang dapat mendekatkan pejabat dengan rakyatnya. Town house meeting dapat dilaksanakan melalui teleconferencing. Demonstrasi dari mahasiswa dan rakyat dapat dikurangi atau bahkan dihindari bila mereka dapat melakukan dialog (baik secara tatap mata maupun secara elektronik) dengan para pejabat. Mengapa tidak menggunakan teleconferencing dimana rakyat langsung dapat menghadap dan berdialog dengan pejabat, meskipun letak fisik diantara keduanya cukup jauh?
Hilangnya batasan ruang dan waktu dengan adanya Internet membuka peluang baru untuk melakukan pekerjaan dari jarak jauh. Istilah teleworker atau teleworking mulai muncul. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dari rumah tanpa perlu pusing dengan masalah lalulintas. Kesemua hal di atas menunjukkan adanya peluang-peluang baru di dalam bisnis dengan adanya IT dan Internet.
Di Indonesia, IT sebetulnya sudah lama digunakan di bidang pemerintahaan. Penggunaan Internet juga sudah dimulai dengan adanya aplikasi “RI-NET” sebagai salah satu aplikasi pemacu program Telematika Indonesia. Aplikasi RI-NET ini memberikan akses email kepada para pejabat, memberikan layanan web (homepage) yang dapat diakses di http://www.ri.go.id, memberikan layanan pertukaran informasi multimedia, dan di kemudian hari akan memiliki aplikasi Decission Support System. Salah satu contoh aplikasi lain adalah penggunaan web untuk menampilkan hasil pemilu yang baru lalu. Pengguna Internet di mana saja dapat melihat hasil pemilu secara on-line dan real-time di http://www.kpu.go.id dan http://www.hasilpemilu99.or.id. Hal ini memberikan keterbukaan (transparansi) pada proses pemilu. Hasilnya dapat kita lihat bahwa tidak banyak orang yang mengeluhkan masalah hasil pemilu yang baru lalu.
Penutup
                Membangun IT dan Internet semoga informasi dapat lebih cepat diketahui dan dapat memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca sekalian, bahwa IT dan Internet sudah tidak dapat kita hindari. Bahkan, semestinya IT dan Internet kita gunakan untuk mensejahterakan bangsa Indonesia.
Jika memang IT dan Internet memiliki banyak manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan infrastruktur telekomunikasi. Jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal. Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah.Penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Penggunaan Internet devices lain seperti Internet TV diharapkan dapat menolong. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet. Isi atau content yang berbahasa Indonesia masih langka. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius. Perlu kita upayakan kegiatan-kegiatan atau inisiatif untuk memperkaya materi yang ditujukan kepada masyarakat Indonesia. Proses ini harus dilakukan secara sadar dan proaktif.
IT dan Internet juga dapat mengubah kultur kita sehari-hari. Dahulu orang dapat bekerja dengan santai. Sekarang dengan adanya Internet, persaingan menjadi global sehingga orang ditantang untuk menghadapi saingan global. Tadinya orang berfikir bahwa adanya komputer (dan Internet) dapat membuat pekerjaan kita menjadi lebih mudah dan santai. Bupati Maros juga mengatakan, di era modernisasi ini SKPD wajib mengetahui teknologi.

Daftara Pustaka
Anonim. 2010. Kepala SKPD wajib kuasai teknologi.
                Fajar Jumat, 31 Desember 2010
               
Anthony B. Perkins, dan Michael C. Perkins, “The Internet Bubble: Inside the overvalued world of high-tech stocks – and what you need to know to avoid the coming shakeout”, HarperBusiness, 1999. Buku ini menceritakan tentang saham Internet dan IT yang menjadi rebutan sehingga mahal harganya.
James W. Michaels and Dirk Smillie, “Webucation: Some smart investors are betting big bucks that Peter Drucker is right about the brilliant future of online adult education,” Forbes, 15 Mei 2000.
Stephen Segaller, “Nerds 2.0.1: A brief history of the Internet”, TV Books, L.L.C., 1998. Buku ini menceritakan awal kejadian Internet beserta tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya.
United States Government Electronic Commerce Policy.  http://www.ecommerce.gov
Situs web ini berisi informasi tentang electonic commerce, lengkap dengan dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat.