Drs. Anwar, MM
Badan
Pengawas PKP-RI Kabupaten Maros
Pendahuluan
Kebiasaan
membaca sudah sering kita dengar, dimanapun kita berada selalu mempergunakan
waktu luangnya untuk membaca. "Minat baca" perlu dilakukan setidaknya untuk
keperluan praktis : sebagai landasan dalam melancarkan upaya promosi kebiasaan
membaca. Definisi minat adalah dorongan hati yang tinggi untuk melakukan
sesuatu, maka "minat baca" adalah dorongan hati yang tinggi untuk
membaca. Keinginan membaca bukan karena faktor eksternal sebagai pemaksa untuk
membaca, melainkan karena ada faktor internal sebagai pendorong untuk membaca.
Motif kebiasaan membaca ada dua, pertama pengalaman mengasyikkan dari membaca
itu sendiri (reading for reading) dan kedua pengetahuan dan pembelajaran untuk
memenuhi tuntutan pendidikan, tuntutan pekerjaan dan tuntutan hidup.
Memperhatikan tulisan Andi Prastowo 2012 dalam pendapat Ibrahim
Bafadal. Pembinaan dan pengembangan minat baca adalah usaha memelihara,
mempertahankan, dan meningkatkan minat baca yang memiliki
kecenderungan-kecenderungan atau terdensi tertentu.
Kunci
kesuksesan belajar adalah membaca dan salah satu sarana belajar adalah
diperpustakaan. Pertanyaan adalah apakah sebagian besar waktu kita kita
pergunakan untuk membaca? Padahal banyak orang sukses melalui banyak membaca
baik dari segi bisnis seperti pelaku koperasi, ekonomi maupun berbagai bidang
lain. Oleh karena itu eksistensinya sebagai seorang anggota masyarakat yang
berperadaban untuk memperoleh informasi terbaru, memperluas wawasan, menambah
pengetahuan yang diharapkan berguna bagi perkembangan dirinya dan atau memenuhi
kebutuhan dasar psikologisnya untuk berfikir
dan beriminjinasi.
Minat baca telah menjadi
pembicaraan hangat di kalangan pemerhati pendidikan, pemerhati perpustakaan,
pustakawan, penerbit, dan masyarakat pada umumnya. Selama dua dekade
terakhir banyak tulisan diterbitkan di majalah, di surat kabar, maupun di situs
Internet; banyak talk show disiarkan radio maupun televisi; dan puluhan
seminar atau sejenisnya telah dilangsungkan oleh mereka yang prihatin akan
rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Juga sejumlah penelitian telah
dilakukan mengenai minat baca. Sayangnya, semua itu tampak tidak efektif.
Minat baca kita masih tetap terpuruk. Lebih sayang lagi, belum terlihat
adanya kesamaan pemahaman tentang minat baca itu sendiri. Setelah membaca
tulisan di surat kabar, majalah, makalah seminar dan laporan penelitian, kita
bisa menyimpulkan bahwa para penulisnya tidak membedakan antara minat baca,
dari kebiasaan baca, dan budaya baca. Dari berbagai Setelah mendengarkan
sejumlah talk show kita bisa dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya
pembicaranya mencampuradukkan pengertian saling mempertukarkan istilah minat
baca, kebiasaan membaca, dan budaya baca. Tulisan ini berupaya memaknai
“minat baca” dan menarik garis pemisah antara minat baca, kebiasaan
membaca, dan budaya membaca. Meski tidak dapat ditarik garis pemisah yang tegas
setegas garis tepi pada buku tulis, pemisahan itu janganlah ditepis. Garis
pemisah antara ketiga istilah itu perlu ditarik walau terpaksa samar, karena
dengan begitulah masalah minat baca bisa dengan jelas dipapar, dan
langkah-langkah untuk mengatasinyapun bisa digelar.
Budaya Baca
Masyarakat Indonesia
mengenal budaya baca masih sangat rendah atau sangat memprihatinkan. Banyak
faktor kenapa keadaan yang
memperhatinkan masih terjadi? Menurut Muhammad Asroruddin, 2006. Alasan pertama adalah
budaya yang sudah ada secara turu temurun. Kedua adalah penghasilan kebanyakan
masyarakat Indonesia masih rendah sehingga buku masih dianggap barang mahal.
Ketiga adalah sistem pendidikan di Indonesia belum menunjang tumbuh kembangnya
budaya bac karena orientasinya memca untuk lulus bukan membaca untuk pencerhan
sepanjang hidu. Keempat adalah keberadan perpustakaan belum memadai. Kesan
masyarakat umum untuk perpustakaan masih dianggap tempat yang serius dan
menyebabkan masih banysk alasan yang dapat kita daftar kalau kita ingin bicara
tentang penghambat perkembangan budaya baca di Indonesia.
Sosok Baramuli dikenal mampu
hidup di semua zaman, karena dia banyak membaca, melihat dan mendengar. Keberhasilan yang ditanamkan beliau adalah
dituntun banyak membaca, dimana pak Baramuli dalam menjalani proses kehidupan
terletak pada kemampuannya hidup dalam empat alam. Pertama figur Baramuli
adalah tokoh yang mampu menempatkan diri sebagai publik fgur daerah yg sukses
menjalankan tugas-tugasnya baik sebagai Kepala Kejaksaan Tingi Sulawesi maupun
sebagai pengawas Jaksa Indonesia Timur. Kedua karena kemampuannya menangani
maslah hukum sehingga dia dipercaya menjadi Gubernur Sulawesi Utara dan
Sulawesi Tengah dalam usia 29 tahun. Ketiga berhenti menjadi Gubernur Sulawei
Utara dan Sulawesi Tengah pisah,
melibakan diri dalam arena bisnis. Keempat setelah sukses menangai bisnis
di Poleko Group. Baramuli melibatkan diri di kanca politi, selama 20 tahun
menjadi anggota DPR RI . Sebagai tokoh SULSEL
patut menjadi teladan, khususnya bagi bagi generasi muda, karena di
tokoh mampu memperlihatkan prestasinya selama kepemimpinan Presiden Soekarno, Soehato dan Habibie.
Minat baca
Mengingat “minat” per definisi adalah dorongan hati yang
tinggi untuk melakukan sesuatu, maka “minat baca” adalah dorongan hati yang
tinggi untuk membaca. Keinginan membaca bukan karena ada faktor eksternal
sebagai pemaksa untuk membaca, melainkan karena ada faktor internal sebagai
pendorong untuk membaca. Faktor internal itu ialah keinginan untuk mendapat
pengalaman yang mengasyikkan dari kegiatan membaca. Pengalaman mengasyikkan itu
boleh terdiri atas satu, atau gabungan dari beberapa macam perasaan: senang
sampai tertawa, sedih atau terharu bahagia sampai berlinang air mata, takut
sampai meringkuk, tegang sampai berdebar-debar, dan lain-lain. Pengalaman
mengasyikkan ini menjadi sasaran utama yang ingin dicapai melalui
membaca. Menjadi tujuan dari membaca. Merupakan motif untuk membaca. “Minat
baca” membatasi maknanya sendiri pada “voluntary reading.” Suka-rela.
Membaca demi membaca. Minat baca (reading interest) tidak sama dengan
kebiasaan membaca (reading habits) dan berbeda pula dari budaya baca (reading
culture). Secara sederhana, minat baca adalah potensi untuk membaca secara
suka-rela. Kebiasaan membaca adalah kegiatan beinteraksi dengan bahan bacaan
secara teratur atau berulang. Minat baca akan menjadi kebiasaan membaca
jika tersedia bahan bacaan yang sesuai untuk dibaca dan ada cukup waktu
untuk membaca. Pada kebiasaan membaca, motifnya bukan lagi hanya untuk
mendapat pengalaman emosional yang mengasyikkan tetapi juga untuk mendapat informasi
atau pengetahuan baru.
Motif yang terakhir ini dipicu oleh faktor eksternal yang
sifatnya memaksa. Misalnya, memaksa orang untuk membaca supaya sukses dalam
pendidikannya. Kebiasaan membaca motifnya bisa dua. Satu, pengalaman
mengasyikkan dari membaca itu sendiri, reading for reading. Dua, pengetahuan
dan pembelajaran untuk memenuhi tuntutan pendidikan, tuntutan pekerjaan,
tuntutan hidup. Salah satu dari yang terakhir ini bisa lebih dominan dari yang
lain. Jika motif dominannya adalah untuk pemenuhan tuntutan pendidikan,
maka kebiasaan membaca akan berkurang drastis kuantitasnya sesaat setelah tamat
sekolah atau ujian skripsi. Faktor luar tidak lagi bersifat memaksa
(compulsory) melainkan bersifat menghimbau (pseudo-compulsary) seperti misalnya
professional reading. Beberapa hasil
penelitian yang saya pelajari tentang minat baca membuktikan bahwa para
peneliti tidak membedakan ketiga istilah tadi dan sering saling
mempertukarkannya. Akibatnya, ada hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa
minat baca anak-anak di daerah yang mereka teliti rendah hanya karena rata-rata
responden hanya membaca 15 menit per hari. Padahal sesungguhnya yang mereka
ukur adalah kebiasaan membaca responden, bukan minat baca mereka.
Minat baca adalah potensi untuk membaca. Potensi untuk
membaca itu akan menjadi kebiasaan membaca jika ada cukup waktu untuk
membaca dan ada bahan bacaan untuk dibaca. Sering atau tidak seringnya
seseorang membaca memang dapat menjadi indikator tinggi-rendah minat
baca. Tapi indikator tersebut hanya bisa disebut sahih jika memasukkan faktor
aksesibilitas responden terhadap bahan bacaan. Sebab orang yang tinggi
minat bacanya belum tentu sering membaca. Sebaliknya, orang yang membaca
jarang, belum tentu dikarenakan minat bacanya rendah.
Manfat
Membaca
Secara
umum membaca adalah satu cara yang tertua melalui huruf sandi yang berlaku pada
zamannya, seorang menyampaikan pesan-pesan
maupun lambang-lambang tersebut sehingga pembaca dapat mengetahui,
mendalami dan mempelajari kehidupan, pandangan hidup yang pernah dianut dan
dialami oleh unsur manusia pada masa sebelumnya. Disampni itu dengan membaca,
seseorang dapat mengetahui tentang keadaan seseorang terkenal maupun tentang
keadaan dunia dan masyarakat dimana ia berada maupun ditempat lain. Dengan
membaca seorang memperluas cakrawala pemikiran dan memahami pribadi orang-orang
benar dan ternal.
Menumbuhkan
Minat Baca
Dengan
semakin berkembangnya TI (Teknologi Informasi) maka semaiki dibutuhkan orang
yang mampu banyak membaca dan mampu menguasai IPTEK. Cara yang ditempu adalah
dengan mengirim tenagaga perpustakaan/pustakawan baik pendidikan non gelar, S1,
dan S2. Disamping itu peningkatan secara kualitas kolesi perpustakaan dengan
cara menambah jumlah anggaran yang ada di perpustakaan.
Kesimpulan
Memaknai buda baca, kebiasaan membaca, dan budaya baca adalah tiga fase yang
berbeda namun sinambung secara difusif dalam kronologi hidup manusia.
Minat baca ibarat bibit yang jika ditanam pada lahan yang tepat akan tumbuh
menjadi kebiasaan membaca dan pada waktunya akan berbuahkan budaya baca.
Sebagai bibit, minat baca harus ditanam dan dipelihara agar tumbuh menjadi
minat baca. Kondisi yang dibutuhkan untuk menanam minat baca dan menumbuhkan
minat baca yang kemudian menjadi budaya baca. Maka strategi yang dibutuhkan untuk
masing-masing fase berbeda pula.
Membaca merupakan modal utama memulai sukses dan cara termurah untuk dapat
membaca adalah mengunjungi perpustakaan.
Upaya untuk menumbuhkan minat baca pada seorang anak
sebenarnya adalah upaya untuk membuat dia tahu, membuat dia mengerti, bahwa
pengalaman-pengalaman mengasyikkan dapat diperoleh dari membaca. Pengalaman
berupa berbagai rasa yang mereka dapatkan setiap mendengarkan cerita yang
dibacakan itu akan menumbuhkan minat baca dalam diri mereka. Hal ini juga mengajarkan
mereka bahwa buku (dan bahan bacaan lain) adalah media yang dapat mendatangkan
pengalaman mengasyikkan jika dibaca. Kelak jika mereka sudah pandai membaca,
mereka akan gemar membaca, kerap membaca untuk menikmati sensasi dari membaca.
Anak-anak dari orang tua yang biasa membacakan buku cerita kala senggang di
rumah akan menjadi anak-anak yang gemar membaca di kemudian hari. Demikian juga
anak-anak dari ayah-ibu yang sering membaca di rumah. Melihat orang tua mereka
sering membaca, minat baca anak-anak akan tumbuh. Selain itu karena membaca merupakan kunci utama
dalam usaha menambah ilmu pengetahuan, teknologi dan kehidupan pada gilirannya
dapat mengantarkan setiap individu ingin berkembang.
Daftar Pustaka
Asroruddin,
Muhammad Melongok. Buda Baca dan Tulis Masyarakat Jepang (http:// www.mail-
arceivecom/clonn fkui@yahoogroups. com/msg00122.html) Sabtu, 9 Desember 2006
Kusuma,
Bachtiar Adnan (ed.) 70 Tahun Baramuli Pantang menyerah.
Jakarta : Yapensi, 2000.
Lasa
H.S. Manajemen Perpustakaan di Indonesia. Bogor, 2005
Prastowo,
Andi. Manjemen Perpustakaan Sekolah Profesional. Jogyakarta : Dva Prees, 2012
Simanjuntak,
Melling. 2011. Memaknai Hakikat Minat Baca untuk Tujuan Praktis. Majalah Visi Pustaka Vol.13
No.3 - Desember 2011
0 komentar:
Posting Komentar